Ulang Tahun Bapak Agus Prawoto

31 Agustus 2007
Happy Birthday!





Selamat Ulang Tahun
.... Bapak Agus Prawoto ....
31 Agustus 2007
Semoga senantiasa diberikan kesehatan, kekuatan, dan kesejahteraan untuk selalu hadir mengayomi dan menyayangi kami semua di SOS Desa Taruna di seluruh Indonesia. Amin.
(SOS Desa Taruna Meulaboh)

Kunjungan Pa Kutin, Ibu Shubha, Pa Hadi & Pa Cecep

Minggu ini adalah minggu yang sangat spesial buat kami, SOS Desa Taruna Meulaboh. Pada Tanggal 18 Agustus 2007, President SOS-Kinderdorf International, Bapak Helmut Kutin, mengunjungi Meulaboh sebagai kunjungan yang ketigakalinya. Beliau tidak hanya sendiri. Pak Kutin, biasa kami memanggilnya, didampingi oleh:
Pimpinan Regional SOS-Kinderdorf International untuk Wilayah Asia Selatan, Ibu Shubha Murthi;
Pimpinan SOS Desa Taruna Indonesia, Bapak G. Hadiyanto Nitihardjo; dan
salah seorang pengurus Yayasan SOS Desa Taruna Indonesia, Bapak Cecep Effendi.
Kunjungannya kali ini, dipadati oleh serangkaian acara dan kegiatan di beberapa tempat di Meulaboh.

Dimulai dengan Hari Sabtu, 18 Agustus 2007, Pukul 10.00 Wib, kami sudah berada di Bandara Tjut Nyak Dhien – Meulaboh untuk menjemput dengan mobil SOS Desa Taruna Meulaboh dan satu tambahan mobil yang disewa. Setelah menunggu kurang lebih satu jam, Pukul 11.15 Wib, akhirnya pesawat RIAU Airlines yang membawa Pak Kutin dkk. pun mendarat dengan mulus di Tanah Rencong, Meulaboh – Aceh Barat.

Akhirnya, dengan rasa syukur, saya pun menyambut Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadi, dan Pak Cecep dengan menyalami beliau-beliau. Seperti biasanya, Pak Kutin terlihat sehat dengan penampilan yang sama seperti tahun-tahun sebelumnya ketika mengunjungi Meulaboh, dengan stelan pakaian resmi namun sederhana. Ya, Pak Kutin memang sesosok yang luar biasa. Dengan jabatan beliau sebagai President, rasanya sangat luar biasa karena beliau selalu berpenampilan sederhana namun tetap punya kharisma dan wibawa yang tinggi. Saya sangat bersyukur bisa mengenalnya selama ini. Saya sangat mengaguminya karena beliau adalah satu figur yang sangat peduli dengan anak dan orang lain.

Saya pun berkesempatan menyalami Ibu Shubha Murthi yang baru keduakalinya bertemu langsung dengan beliau. Dengan ramahnya, Ibu Shubha pun menyapa saya. Kemudian, saya juga menyalami Pak Hadi dengan hangatnya, senang sekali melihat beliau selalu kelihatan segar bugar. Rasanya sangat senang bisa bertemu beliau kembali karena merasa seperti kembali berada di rumah. Terakhir, saya menyalami Pak Cecep yang baru pertama kali ke Meulaboh.

Makan Mie Kocok
18 Agustus 2007, Pukul 11.30 Wib
Begitu tiba di Bandara, Pak Kutin langsung bicara bahwa beliau ingin makan Mie Kocok, langganannya setiap beliau mengunjungi Meulaboh. Kami pun semua bertolak menuju Kota Meulaboh untuk menyantap makanan kesukaan Pak Kutin tersebut.

Setelah selesai makan Mie Kocok, saya pun bersiap untuk membayar makanan tersebut. Namun tiba-tiba Pak Kutin mengeluarkan dompetnya:

“Yudi, biar saya yang traktir. Nanti malam baru kamu yang traktir kami semua ya, karena yang ini kayaknya lebih murah. Jadi biarkan saya yang bayar untuk kali ini ya!” Kontan saja kami semua tertawa namun senang dapat traktir dari sang presiden.

Setelah itu, kami semua berangkat ke Hotel Meuligou dan beristirahat. Namun saya dan Pak Hadi langsung menuju ke kantor SOS Desa Taruna Meulaboh.

Mengunjungi Village – Desa Lapang, Meulaboh
18 Agustus 2007, Pukul 15.00 Wib

Sekira Pukul 15.00 Wib, kami menjemput kembali Pak Kutin dkk. untuk mengunjungi lokasi kompleks SOS Desa Taruna Meulaboh di Desa Lapang, Meulaboh. Di sana Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadi, dan Pak Cecep meninjau setiap sudut lokasi village yang sedang dalam progress pembangunan.

Pak Kutin banyak memberikan arahan-arahan untuk kami semua, baik kepada para pengawas, saya dan Pak Hadi, terutama kepada kontraktor. Saat Pak Kutin datang ke village, progress pembangunan baru mencapai kira-kira 80%. Jadi, saat itu Pak Kutin banyak sekali memberikan masukan untuk kami semua, terutama menyangkut percepatan progress pembangunannnya. Di antaranya, anak-anak dan para Ibu Pengasuh, termasuk saya, diharuskan bisa masuk menempati sebagian rumah (Family House) yang sudah selesai, paling lambat Tanggal 08 September 2007.

Pantai Ujung Karang
18 Agustus 2007, Pukul 17.10 Wib

Setelah berlama-lama di village Meulaboh, Pak Kutin dan kami semua menuju Pantai Ujung Karang untuk menikmati indahnya sunset di Meulaboh. Terlihat Pak Kutin dan Ibu Shubha sangat menikmati indahnya suasana pantai Ujung Karang sore itu. Kami semua pun berkesempatan berfoto ria bersama beliau semuanya. Menjelang Maghrib, kami pun lantas mengantar Pak Kutin dan semuanya ke Hotel Meuligou untuk beristirahat.

Dinner at Sea Food Restaurant
18 Agustus 2007, Pukul 19.30 Wib

Mendengar kabar bahwa Ibu Shubha adalah seorang vegetarian, membuat kami harus berusaha menyiapkan makanan khusus untuk beliau. Lalu, siang harinya Ibu Popi, Pembina SOS Desa Taruna Meulaboh, bertugas untuk memesan makanan tersebut ke restoran itu.

Sekira Pukul 19.30 Wib, kami semua tiba di tempat tersebut untuk santap makan malam. Lalu setelah hidangan tersedia, kami pun lantas “menyikat habis” hidangan tersebut, termasuk Ibu Shubha yang terlihat cukup menikmati hidangan khusus vegetarian untuk beliau, sambil ngobrol dan bersenda gurau. Kami sangat menikmati saat santap malam itu. Sebelum kami kembali ke Hotel Meuligou, Pak Hadi pun sempat bercanda bahwa tempat tersebut adalah “vegetarian sea food restaurant”, yang membuat Pak Kutin dan Ibu Shubha serta kami semua tertawa.

Rapat di Kantor SOS Desa Taruna Meulaboh
18 Agustus 2007, Pukul 21.30 Wib

Setelah Pak Kutin, Ibu Shubha, dan Pak Cecep beristirahat di Hotel Meuligou, Pak Hadi dan saya malah kembali ke kantor SOS Desa Taruna Meulaboh untuk mengadakan rapat dadakan dengan para pengawas dan kontraktor yang menangani pembangunan SOS CV Meulaboh. Pak Hadi pun banyak sekali memberikan arahan menyangkut percepatan progress pembangunan SOS CV Meulaboh. Rapat dadakan itu baru selesai tepat tengah malam, kemudian Pak Hadi pun kembali ke hotel.

Handing Over Ceremony, Desa Gampong Cot
19 Agustus 2007, Pukul 09.00 Wib

Acara yang diadakan hari ini adalah:
Peresmian dan Serah Terima Bangunan Sekolah
MIN Gampong Cot & TK Nurul Islam
Di Desa Gampong Cot – Kecamatan Samatiga
Minggu, 19 Agustus 2007

Rencananya, pagi itu kami semua berangkat barengan bersama Bupati Aceh Barat dengan rombongannya dari Hotel Meuligou. Namun karena Bupati ada acara dulu di tempat lain, Pak Kutin dan kami semua berangkat duluan menuju Desa Gampong Cot.

Setelah tiba di Desa Gampong Cot, kami semua tidak langsung menuju lokasi. Namun, sebelumnya langsung menuju lokasi pusat Desa Gampong Cot yang keseluruhan rumah-rumahnya dibangun oleh SOS Desa Taruna Indonesia. Pak Kutin dan Ibu Shubha, serta Pak Hadi dan Pak Cecep, menyempatkan untuk berbincang dengan salah satu suami isteri penerima rumah dari SOS Desa Taruna Indonesia.

Setelah selesai, kami semua langsung menuju lokasi sekolah yang akan diserahterimakan langsung oleh Pak Kutin kepada masyarakat melalui Bupati Aceh Barat. Sambil menunggu kedatangan Bupati, Pak Kutin dan semuanya meninjau lokasi sekolah dua tingkat tersebut, yang sudah diberi nama “Gedung HERMANN GMEINER”. Tak berapa lama, Bupati Aceh Barat pun tiba di lokasi dan disambut oleh Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadiyanto, Pak Cecep dan lain-lain, seperti perwakilan dari Korem Teuku Umar, Danramil Samatiga, Kapolsek Samatiga, dan Camat Samatiga.

Acara pun berlangsung khidmat dan lancer. Diawali dengan “Peusijuk kepada Bupati Aceh Barat dan Isterinya, acara pun dibuka dengan Tarian Ranup Lampuan, yang merupakan tarian pemulia jamee (tarian penyambut tamu). Berikut ini susunan acaranya:

Persembahan Tari Pemulia Jamee:
· Tari Ranup Lampuan;
Pembacaan Ayat Suci Al-Quran;
Sambutan:
· Pimpinan SOS Desa Taruna Indonesia;
· President SOS-Kinderdorf International;
Peresmian dan Serah Terima MIN Gampong Cot dan TK Nurul Islam;
Sambutan Bupati Aceh Barat;
Penyerahan Piagam dan Plakat Lambang Daerah dari Bupati Aceh Barat;
Bungong Jaro dari MIN Gampong Cot;
Doa;
Penutup: Peninjauan Gedung dan Makan Siang bersama.

Dalam sambutannya, Pak Hadiyanto Nitihardjo selaku Pimpinan SOS Desa Taruna Indonesia, memberikan juga laporan tentang berbagai program di Meulaboh, Aceh Barat. Di antaranya:

Rekapitulasi Pembangunan SOS Desa Taruna Indonesia
di Meulaboh, Aceh Barat:

322 Unit Rumah Permanen Type 45
2 sekolah dasar, serta furniture dan kelengkapannya
1 TK
1 Klinik (Pustu)
2 Toilet
1 Tempat Wudhu
1 Mesjid


Perincian:

Desa Gampong Cot:
132 Unit Rumah Permanen Type 45 dan Uang Alat Rumah Tangga/KK;
2 Unit Rumah Permanen Type 45 (rumah guru di lokasi sekolah);
MIN Gampong Cot (Furniture & kelengkapannya);
Toilet di MIN Gampong Cot;
Tempat Wudhu di depan Mesjid Suak Raya;
TK Nurul Islam: (Furniture dan Alat-alat Permainan TK).

Desa Suak Raya:
190 Unit Rumah Permanen Type 45 dan Uang Alat Rumah Tangga/KK;
SDN 8 Suak Raya (Furniture & kelengkapannya);
Toilet di SDN 8 Suak Raya;
Klinik (Pustu) Suak Raya;
Mesjid Suak Raya (dalam bentuk dana pembangunan).

Kemudian, Pak Kutin pun dengan didampingi oleh Pak Hadi sebagai translater, menyampaikan sambutannya, diantaranya masyarakat harus bersyukur dengan menggunakan gedung sekolah tersebut sebaik-baiknya dan harus dipelihara dengan baik. Pak Kutin pun dengan sedikit humor yang menyegarkan, menyampaikan pesan-pesan kepada Bupati Aceh Barat untuk selalu memperhatikan kebutuhan masyarakat dengan baik, diantaranya jalan yang rusak parah menuju ke Desa Gampong Cot harus segera diperbaiki. Pak Bupati pun tersenyum mendengar sambutan Pak Kutin tersebut.

Dalam kesempatan itu, Pemda Aceh Barat, melalui Bupati, memberikan Piagam dan Plakat Lambang Daerah sebagai penghargaan kepada SOS Desa Taruna Indonesia untuk berbagai programnya membantu masyarakat korban Gempa dan Tsunami di Meulaboh - Kabupaten Aceh Barat. Lalu, pihak sekolah pun memberikan kenang-kenangan kepada Pak Kutin, Ibu Shubha, dan Pak Hadi berupa cinderamata khas Aceh.

Setelah selesai acara peresmian dan serah terima, Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadi, Bupati, dan semuanya melakukan peninjauan ke gedung sekolah MIN Gampong Cot dan TK Nurul Islam (yang sudah diberi nama “Gedung HERMANN GMEINER) yang dibangun SOS Desa Taruna Indonesia tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama di salah satu ruangan gedung.

Selain membangun gedungnya, SOS Desa Taruna Indonesia pun melengkapi gedung sekolah tersebut dengan furniture lengkap dan peralatannya, baik untuk MIN maupun untuk TK Nurul Islam, ditambah dengan semacam “playing ground” dan peralatan bermain anak-anak TK. Masyarakat pun sangat bersyukur dengan bantuan SOS Desa Taruna Indonesia yang telah membangun kembali gedung sekolah dan rumah-rumah penduduk yang sebelumnya telah hancur diterjang gelombang Tsunami.

Makan Malam Bersama
di Rumah Sewa Anak & Ibu SOS Desa Taruna Meulaboh
19 Agustus 2007, Pukul 20.00 Wib

Setelah selesai acara di Gampong Cot, Pak Kutin dan Ibu Shubha, beserta Pak Hadi dan Pak Cecep berkesempatan untuk mengunjungi kantor sementara SOS Desa Taruna Meulaboh, dan berkesempatan untuk berbincang-bincang dan berfoto ria dengan keluarga Yudi Kartiwa yang kebetulan “juga numpang sementara” di kantor SOS Desa Taruna Meulaboh.

Kemudian, menjelang Maghrib Pak Kutin dan semuanya langsung menuju ke Rumah Sewa Anak & Ibu SOS Desa Taruna Meulaboh dan melihat-lihat sekeliling rumah tersebut. Sambil menunggu siapnya hidangan santap malam, Pak Kutin dan semuanya berkesempatan ngobrol dan bermain dengan semua anak-anak SOS Desa Taruna Meulaboh.

Sekira Pukul 20.00 Wib, barulah hidangan yang ditunggu-tunggu pun siap. Akhirnya tanpa ada acara resmi apapun, makan malam bersama dimulai sambil berbincang dengan seluruh anak-anak, Ibu-Ibu Pengasuh, dan semua karyawan SOS Desa Taruna Meulaboh. Hidangan malam itu menyediakan Nasi Goreng kesukaan Pak Kutin dan juga hidangan khusus vegetarian untuk Ibu Shubha dan sajian lainnya. Pak Kutin dan para tamu lainnya pun menyampaikan terima kasihnya atas hidangan yang disediakan oleh para Ibu Pengasuh tersebut.

Setelah selesai makan malam, anak-anak dan para Ibu pun berkesempatan berfoto bersama dengan Pak Kutin ataupun Ibu Shubha. Lalu semuanya kembali beristirahat di hotel. Keesokan harinya, barulah Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadi, dan Pak Cecep bertolak ke Banda Aceh menggunakan pesawat MAF. Selama di Meulaboh, Pak Kutin, Ibu Shubha, Pak Hadi, dan Pak Cecep didampingi oleh saya, Yudi Kartiwa. Terima kasih kepada Pak Kutin dan semuanya, kunjungannya kali ini sangat memberikan makna yang teramat dalam, terutama untuk keberadaan SOS Desa Taruna Meulaboh.



Meulaboh, 21 Agustus 2007,
Dilaporkan oleh:

Yudi Kartiwa













































Amukan Gajah Liar

Oleh: Popi Mutia Novi Pratiwi


GAJAH LIAR MENGAMUK,
EMPAT ANAK Menjadi YATIM-PIATU


Sekitar dua minggu yang lalu, saya membaca di Koran Serambi ada sepasang suami-isteri di Desa Bukit Jaya, Kel.Kuala, Kec.Meureubo, Kab.Aceh Barat, tewas di serang gajah liar yang marah dan mengamuk. Gajah itu mengamuk di empat dusun daerah transmigrasi. Memang penghuni dusun tersebut dulunya para transmigran yang datang dari Jawa.
Menurut informasi dari Koran Serambi tersebut, suami-isteri itu tewas sampai isi perut (ususnya) terburai. Sungguh sangat mengenaskan!..Di Koran itupun diceritakan bahwa mereka meninggalkan 4 orang anak yang masih kecil. Kedua korban dibawa ke Rumah Sakit Cut Nyak Dien, namun sudah tidak bernafas lagi. Karena tertarik dengan berita itu, apalagi saya membaca mereka memiliki 4 orang. 4 orang anak ini menjadi yatim piatu. Mereka pun tidak memiliki sanak-famili atau kerabat. Saya menemui Kabag Sosial (Pemda) Aceh Barat, Pak Sofyan. Karena anak-anak tersebut sudah ditangani oleh Pemda, Pak Sofyan bersedia mengantar kami ke lokasi transmigrasi tersebut pada Hari Senin.
Hari Senin Tanggal 6 Agustus, kami (Mas Banteng, saya, Pak Edi serta Pak Sofyan berangkat ke Desa Bukit Jaya, Kec.Meureubo. Kami juga didampingi oleh Petugas dari BKSDA (Badan Konservasi Sumber Daya Alam), Satlak, dan Palang Merah Aceh Barat. Perjalanan memakan waktu sekitar 1 jam dari Meulaboh. Perjalanan yang kami lalui merupakan daerah hutan serta berbukit. Jalan memang sudah cukup baik, tetapi banyak kerikil, karena belum di hotmix. Kanan-kiri jalan adalah hutan yang sebagian ditanami pohon kelapa sawit, pohon coklat, pohon kopi serta tanaman palawija. Selama perjalanan ke daerah transmigrasi itu, saya melihat kotoran-kotoran gajah, saya berfikir mungkin… banyak gajah yang lewat pada malam hari…tapi menurut Pak Sofyan jumlah gajah di hutan Bukit Jaya belum diketahui pasti ada berapa ekor.
Di sekitar hutan ada beberapa rumah papan yang bercat putih. Sebagian dari rumah-rumah itu sudah kosong tidak ada penghuninya. Dan ada rumah-rumah yang telah di bakar waktu zaman konflik. Memang menurut informasi dari masyarakat, di Transmigrasi Meulaboh II adalah daerah konflik.
Daerah Transmigrasi Dusun Bukit Jaya, Kuala, Kec.Meureubo berasal dari Pulau Jawa. Tapi setelah konflik mereka pulang kembali ke Jawa. Sebagian lagi ke daerah Sumatera yang lain.
Wilayah Hutan Meureubo juga didiami banyak Gajah. Rupanya hewan-hewan itu merasa terganggu habitatnya. Sesampai kami di Dusun II Bukit Jaya, kami masuk ke suatu rumah papan bercat putih yang keadaannya sangat sederhana. Setelah mengucapkan salam, keluarlah dua orang ibu, rupanya salah satu ibu itu ialah ibu angkat dari ke-4 orang anak itu. Kami berbincang-bincang dengan mereka yaitu ke-3 anak yang orang tuanya tewas tersebut sekarang menjadi anak-anak yatim-piatu. Tapi kami masih harus menunggu ke-3 anak itu, karena mereka masih sekolah di Dusun IV letaknya naik mendaki lagi ke atas. Rupanya anak ke-3 muncul dan baru pulang dari sekolah, namanya Alim.
Saya perhatikan Alim anak yang cukup berani. Dia kami foto bersama. Keadaan mereka memprihatinkan dengan rumah papan dan tidak di semen, lantainya tanah. Ibu-ibu itu bercerita bahwa mereka sedang kesulitan air, karena kemarau panjang.
Ibu angkat ke-4 anak itu bercerita bahwa anak-anak itu tidak memiliki sanak famili. Orang tua mereka berasal dari Jember (Jawa Timur). Ke-4 anak itu tidak bisa Bahasa Aceh. Mereka sehari-hari menggunakan Bahasa Indonesia atau Bahasa Jawa.
Ketika kami sedang berbicara anak ke-1 dan ke-2 datang pulang dari sekolah. Sedangkan anak ke-4 yang bungsu berumur 2,5 tahun dibawa tetangga ke Meulaboh. Anak yang ke-1 berumur 14 tahun, bernama Nur’aini, tetapi baru kelas V SD, yang ke-2 berumur 7 tahun namanya Kelik, Kelik mendapat ranking I di sekolahnya, tampaknya anaknya memang pandai. Kakaknya Nur’aini ramah dan sopan. Anak ke-3 Alim seperti masih bingung dan pusing. Dia langsung masuk kamar dan tidur berbaring dengan abang angkatnya. Kami bersama-sama ibu angkat anak-anak itu, tetangga, Pak Sofyan, Mas Banteng, Pak Edy dan saya sendiri foto bersama. Di sana kami bersilahturrahmi sekitar 1 jam.
Penduduk di sana hidup sangat sederhana, mungkin boleh dibilang miskin. Akses transportasi umum tidak ada, walaupun jalan-jalan sudah cukup baik. Menurut Pak Sofyan penduduk di sana berjumlah 43 KK dan terdiri dari 5 dusun, 2 sekolah yang letak cukup jauh, 1 puskesmas. Penduduk di sana mata pencahariannya petani atau berladang. Keadaan di sana sangat sepi, dapat dibayangkan, bila malam hari tiba, mungkin yang terdengar suara-suara gajah, cengkrik, kodok, dll.
Setelah selesai, kami pamit dan singgah di tempat Balai Latihan Gajah, letaknya tidak jauh dari dusun II, tempat anak-anak itu tinggal sekarang. Kami melihat ada 4 ekor gajah. Yang besar adalah gajah liar yang mengamuk, serta menyerang orang tua (penduduk) transmigrasi Dusun 4 Bukit Jaya. Laki-laki tersebut adalah ayah dari ke-4 anak-anak itu yaitu Nur’aini, Kelik, Alim dan adiknya yang berumur 2,5 tahun (perempuan). Sedangkan perempuan yang diinjak gajah adalah ibu dari ke-4 anak tersebut. Sehingga mereka menjadi anak yatim-piatu. Takdir!..memang di tangan Allah..hanya jalannya yang berbeda-beda. Umur, jodoh, dan rezeki adalah Allah yang berikan..manusia hanya berikhtiar.
Ya Allah Yang Maha Pengasih..Maha Penyayang…Maha Kuasa…Saya berpikir dan merenung. Ya Allah..saya bersyukur atas nikmat hidup yang Engkau berikan pada kami untuk selamanya. Jadikan kami orang-orang yang senantiasa bersyukur. Saya harus lebih bersyukur dibandingkan penduduk transmigrasi itu… sangat kekurangan. Tidak terasa.. sambil mengetik komputer ini air mata pun menetes… dan berlinang..begitu banyak orang Indonesia yang mengalami kemiskinan. Duh…GUSTI!...saya sedih, prihatin, nelongso..berikanlah kami kekuatan dan kesabaran untuk dapat mengambil dan mengurus ke-4 anak-anak yatim-piatu.
Ke dua orang tua mereka dimakamkan di pemakaman daerah transmigrasi di Dusun IV Bukit Jaya. Gajah yang ada di tempat Balai Latihan itu ternyata Gajah yang membunuh sepasang suami-isteri itu dan telah ditangkap oleh Pawang Gajah. Kami perhatikan mata Gajah tersebut kelihatan garang dan tidak bersahabat. Kami dilarang mendekati Gajah Tua. Gajah itu beratnya sekitar 4 ton lebih. Di tempat tersebut ada 4 ekor. 3 ekor sudah di latih dan dijinakan, sedangkan Gajah Tua yang telah membunuh, belum berhasil dijinakkan, sebab baru 2 hari ditangkap. Jadi kami melihat dari jarak beberapa meter. Gajah Tua itu kakinya dirantai besi. Setelah selesai dan berbicara dengan Pawang Gajah, kami kembali ke Meulaboh. Di perjalanan Pak Sofyan bercerita bahwa untuk menarik Gajah Tua, diperlukan 2 ekor Gajah lainnya. Pertama Gajah yang satu menarik kaki depan sebelah kanan, sedangkan kaki kiri ditarik Gajah yang satu. Jadi Gajah yang mengamuk ini tidak berkutik sama sekali, sebab ditarik oleh Gajah-Gajah yang lain.
Insya Allah!..kami SOS Meulaboh akan kembali ke lokasi transmigrasi tersebut dalam beberapa minggu ke depan. Untuk survei dan membawa ke-4 anak-anak yatim-piatu terdiri dari Nur’aini, Kelik, Alim dan adiknya. Kami memohon doanya kepada rekan-rekan di SOS. Amin!..Terimakasih kepada Mas Banteng, Kabag Sosial yaitu Pak Sofyan serta Pak Edy yang mengantar saya untuk melakukan survei ke daerah transmigrasi tersebut. Pengalaman survei kali ini bagi saya yang menarik serta mengesankan untuk saat ini. Karena mereka ditinggalkan oleh orang tua baru 3 minggu, masih berduka.
Semoga cerita ini dapat bermanfaat untuk direnungkan sebagai rasa cinta dan peduli terhadap manusia dan lingkungan alam… Allah Sang Pencipta Alam Semesta.



Ditulis oleh:
Popi Mutia Novi Pratiwi

Pembina SOS Desa Taruna Meulaboh

Menjadi Komandan Paskibra

Irsan Syaputra, salah satu anak SOS Desa Taruna Meulaboh Kelas II SMU Muhammadiyah Meulaboh terpilih dari sekolahnya untuk menjadi Anggota Paskibra pada peringatan 17 Agustus 2007 di lapangan Teuku Umar. Irsan latihan selama 20 hari di lapangan Teuku Umar dan dilatih oleh anggota TNI dari KOREM Teuku Umar dan KOMPI C Lapang. Selama latihan Paskibra, aktivitas Karate dan les komputernya terhenti sejenak mengingat jadwal latihan Paskibra yang begitu padat. Namun, kegiatan malam seperti mengaji di Gampong Aneuk, Irsan tetap mengikuti. Selama latihan Paskibra, Irsan tampak kurus dan hitam. Maklum aja seharian penuh berlatih di bawah terik matahari.
Irsan adalah anak asuh sekaligus anak kandung dari Ibu Rosfaidar. Menurut penuturan Ibunya, setelah beberapa hari latihan, pelatih Paskibra memberi kesempatan kepada semua anggotanya, siapa yang berani acung jari menjadi Komandan Paskibra. Irsan melihat bahwa teman-temannya tidak ada yang berani mengacungkan jari. Jadi dengan “PD”nya Irsan acungkan jari dan akhirnya Irsan terpilih menjadi Komandan Paskibra Kabupaten Aceh Barat, pada peringatan 17 Agustus 2007 di Meulaboh.

Pengukuhan Anggota Paskibra
Setelah masa latihan selama 20 hari selesai, Tanggal 16 Agustus 2007, diadakan upacara khusus Pengukuhan Anggota Paskibra Kabupaten Aceh Barat di Aula Setdakab, Kantor Bupati Aceh Barat.
Acara ini berlangsung dengan khidmat dan dipimpin langsung oleh Bupati Aceh Barat dengan didampingi oleh jajaran Muspida Aceh Barat, diantaranya Danrem Teuku Umar, Kapolres Aceh Barat, Ketua MPU Aceh Barat, Ketua DPRD, para kepala dinas, dan lain-lain. Pada acara pengukuhan tersebut, Irsan didampingi langsung oleh Pak Yudi Kartiwa sebagai bapaknya Irsan di SOS Desa Taruna Meulaboh. Begitu pula para anggota Paskibra lainnya, juga didampingi oleh orangtuanya masinng-masing.
Pengukuhan Anggota Paskibra pada malam itu dimulai dengan upacara pembukaan dan dipimpin oleh Bupati Aceh Barat. Kemudian dengan gagahnya, nampak Irsan memimpin anggotanya untuk bersiap-siap.
Teriakan-teriakan Irsan menggema di ruang aula Setdakab tersebut dengan lantangnya mengomandoi rekan-rekannya. Irsan pun memulai acara pengukuhan tersebut dengan memberikan laporan bahwa pasukannya telah siap untuk dilantik dan dikukuhkan. Sungguh membanggakan.
Kemudian dilanjutkan dengan Acara Pengukuhan Anggota Paskibra, dengan ditandai dengan penyematan Lencana Anggota Paskibra secara simbolis kepada dua orang anggota Paskibra. Setelah itu, dilanjutkan dengan ritual memegang dan mencium Bendera Merah Putih yang dilakukan oleh setiap anggota Paskibra.
Setelah acara pengukuhan selesai, setiap Anggota Paskibra menerima penyematan Lencana Anggota Paskibra dari orangtuanya masing-masing. Begitu pula dengan Irsan, ia pun menerima penyematan Lencana Anggota Paskibra langsung dari Pak Yudi Kartiwa, sebagai bapaknya di SOS Desa Taruna Meulaboh. Pak Yudi pun memeluk Irsan dengan bangganya, sambil berpesan bahwa Irsan harus pandai-pandai bersyukur, terus berkarya, bangga, dan tetap rendah hati.
Acara kemudian diakhiri dengan foto bersama dan foto masing-masing anggota untuk diabadikan sebagai agenda tahunan Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Barat.

Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih

Keesokan harinya, Tepat Tanggal 17 Agustus 2007, Irsan mengikuti Upacara Pengibaran Bendera Merah Putih yang dilaksanakan di Lapangan Teuku Umar Meulaboh. Irsan menjadi Komandan Paskibra di acara tersebut, melaksanakan tugas sebagai Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih. Pagi itu Irsan didampingi oleh Staf Administrasi SOS Desa Taruna Meulaboh, Mba Suriati, dan salah satu Ibu Pengasuh SOS Desa Taruna Meulaboh, Ibu Marasani.
Upacara pagi itu dihadiri oleh seluruh Muspida dan Muspika Kabupaten Aceh Barat dan para siswa siswi, mahasiswa, dan guru-guru, serta Bapak Bupati Aceh Barat sebagai Inspektur Upacara.
Pukul 07.00 Wib, Irsan dan anggotanya telah hadir di lapangan Teuku Umar, sedangkan Mba Suriati dan Ibu Marasani hadir pukul 08.00 Wib. Mba Suriati merasa terharu dan bangga melihat Irsan dengan tegapnya berdiri memimpin anggotanya. Saat anggota Paskibra istirahat, Mba Suriati dan Ibu Marasani ibu Komite mendatangi tempat latihan untuk mendokumentasikan Irsan, dengan wajah yang lelah Irsan dan teman-temannya berpose.Awalnya Mba Suriati berdiri agak berjauhan, karena melihat wajah Irsan sedikit lesu, lalu kemudian mendekatinya dan wajah Irsan pun langsung berubah menjadi ceria melihat kehadiran Mba Suriati.
Kemudian Irsan sebagai komandan Paskibra mulai memberi aba-aba kepada anggotanya bahwa Anggota Paskibra siap masuk ke lapangan untuk melaksanakan tugasnya. Mba Suriati dan Ibu Marasani berdo’a supaya pelaksanaannya berjalan dengan lancar.
Ketika Sangsaka Merah Putih sedang dikibarkan, gerimis pun turun tetapi semua anggota Paskibra dan anggota upacara masih tetap pada barisannya masing-masing. Mba Suriati meninggalkan Ibu Marasani dan berusaha untuk mendokumentasi kegiatan Irsan, dengan tegap dan rapinya mereka berbaris di tengah lapangan. Setelah upacara tersebut selesai, semua anggota Paskibra meninggalkan lapangan menuju tempat istirahatnya. Di sana semua anggota Paskibra berbaris dengan rapi sambil mendengar pengarahan dari kepala sekolah dan para pelatih Paskibra.
Pelaksanaannya berjalan dengan lancar dan tertib dan anggota Paskibra mendapat nilai plus dari para pelatih. Mba Suriati tersenyum dan mengacungkan jempol menunjukan bahwa Mba Suriati bangga dan terharu.
Setelah pengarahan selesai, semua anggota Paskibra istirahat, Irsan pun menghampiri sambil menyalami dan mencium tangan Mba Suriati, sambil memeluk Irsan karena rasa bangga dan terharunya. Irsan berfoto dengan teman-temannya dan para pelatih. Semua anggota Paskibra berkumpul di lapangan, tiap keluarga berkumpul bersama anaknya, sedangkan Irsan bersama Mba Suriati dan Ibu Marasani. Semua anggota Paskibra tampak gembira bersama keluarganya mereka berfoto bersama dengan Bapak Danrem, Bupati beserta wakilnya. Anak-anak sangat bersemangat berfoto bersama para pejabat tersebut. Mba Suriati dan Irsan pun berfoto bersama dengan Wakil Bupati Aceh Barat Bpk. Fuadri, M.Si beserta Istrinya.

Upacara Penurunan Bendera Merah Putih
Setelah istirahat beberapa jam, sore harinya semua Anggota Paskibra hadir lagi di Lapangan Teuku Umar – Meulaboh untuk melaksanakan tugasnya menurunkan Sangsaka Merah Putih. Kali ini, Bapak Wakil Bupati Aceh Barat menjadi Inspektur Upacara tersebut.
Teriakan-teriakan Irsan pun kembali menggema di lapangan tersebut, mengomandoi rekan-rekannya untuk melaksanakan tugasnya sebagai Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih.
Pada Upacara Penurunan Bendera Merah Putih, Irsan menunaikan tugasnya sebagai Komandan Paskibra dengan sangat baik dan mendapatkan pujian dari berbagai pihak. Begitu pula seluruh Anggota Paskibra mampu melaksanakan tugasnya dengan sangat baik pula.
Kali ini, Irsan didampingi oleh ibunya, Ibu Rosfaidar, Ibu Marasani, dan Pak Yudi Kartiwa. Penampilan Irsan hari itu sungguh membanggakan dan juga mengharukan karena Irsan telah mampu berperan sebagai pemimpin bagi rekan-rekannya. Semoga peran Irsan Syaputra sebagai Komandan Paskibra ini, bisa membuatnya menjadi orang yang mandiri, sukses, berprestasi, pandai bersyukur, dan tetap rendah hati. Juga bisa menjadi contoh yang baik bagi semua adik-adiknya di SOS Desa Taruna Meulaboh. Amin. Selamat ya Irsan!




Ditulis dan Dilaporkan oleh:
Yudi Kartiwa
dan
Mba Suriati